LABORATORIUM
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN
“VETERAN” JAWA TIMUR
Praktikum : Kimia Analisa
Percobaan : Pembuatan Larutan
Tanggal : 26 Februari 2016
Pembimbing : Ir. Isni Utami , MT
|
Nama :
Eka Sari Tirta Gunawan
Npm/Semester : 1531010125 /
II
Romb./Grup :
X / G
Npm/Teman Praktek :
1531010137 / Anang S
|
DRAFT
|
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ketika
mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase
yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Larutan terdiri dari dua komponen penting. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut
atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau
solute. Di dalam larutan, di kenal adanya konsentrasi. Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di
dalam larutan. Dengan arti lain konsentrasi menyatakan banyaknya zat terlarut
yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Konsentrasi merupakan salah
satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam
beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas, persen berat dan
sebagainya. Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting. Karena
hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap
pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya
bila mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer.
Dalam pembuatan
larutan mula
mula menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan, seperti gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, corong, dan lain-lain. Selanjutnya menghitung berat bahan
yang akan di gunakan dengan konsentrasi tertentu. Lalu menimbang bahan-bahan yang dibutuhkan. Apabila bahan
berupa padatan maka harus menimbang terlebih dahulu,
lalu melarutkan dengan aquades
secukupnya sampai bahan tersebut larut semua. Selanjutnya yaitu menambahkan dengan aquades sampai volume yang dibutuhkan. Apabila
bahan yang digunakan berupa larutan maka tinggal mengambil
volume larutan yang dibutuhkan lalu mengencerkan
sampai dengan volume yang ditentukan.
Contoh pengaplikasiannya yaitu saat kita meminumkan
obat tablet yang telah digerus untuk anak anak. Disini yang menjadi zat
terlarut adalah obat dengan dosis tertentu sedangkan zat pelarutnya adalah air.
Tujuan dari praktikum ini diantaranya kita bisa menghitung berat bahan yang
akan digunakan untuk membuat dan mengencerkan larutan sesuai dengan konsentrasi
yang dibutuhkan.
I.2 Tujuan
1.
Membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu.
2.
Mampu mengencerkan larutan.
3.
Dapat menghitung berat bahan yang akan
digunakan dalam membuat larutan.
4.
Dapat menentukan konsentrasi larutan
yang telah dibuat.
I.3 Manfaat
1.
Mahasiswa dapat mengetahui alat alat
yang digunakan dalam proses pembuatan larutan.
2.
Mahasiswa dapat terampil dalam
menggunakan alat alat laboratorium
3.
Mahasiswa dapat melatih diri dalam penggunaan
efisensi alat
4.
Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan
zat terlarut dan zat pelarut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum
II.1.1 Jenis-jenis
larutan
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran
zat, bukannya antara dua zat murni. Satu tipe yang lazim dari campuran adalah
larutan. Suatu larutan
adalah campuran homogen dari molekul, atom, ataupun ion dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan dapat dikatakan sebagai campuran karena susunannya dapat
berubah-ubah dan dikatakan homogen karena komposisi dan susunannya seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan , bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun. Pada campuran heterogen permukaan-permukaan
tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.
Terdapat banyak tipe larutan yang berlainan. Satu
cara dalam senyawaan dan larutan mereka dikelompokkan adalah menurut daya
hantar jenis listriknya. Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair.
Lazimnya salah satu komponen (penyusun) larutan semacam ini adalah cairan
sebelum cairan itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut atau pelarut
(solvent). Komponen lain, yang dapat berbentuk gas,cairan maupun padat
dibayangkan sebagai terlarut ke dalam komponen pertama. Zat yang terlarut
disebut zat terlarut (solute). Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawaaan non
polar untuk larut ke dalam pelarut non polar dan bagi senyawaan kovalen polar
atau senyawaan ion untuk larut ke dalam pelarut polar.
(Keenan, 1996)
Proses pelarutan dari sudut pandang molekul. Dalam
cairan dan padatan, molekul-molekum saling terikat satu sama lain akibat adanya
tarik-menarik antarmolekul. Gaya ini juga memainkan peranan penting dalam
pembentukan larutan. Bila suatu zat terlarut larut dalam zat lainnya (zat
pelarut), partikel zat terlarut akan menyebar ke seluruh pelarut. Partikel zat
terlarut ini menempati posisi yang biasanya ditempati oleh molekul pelarut.
Kemudahan pertikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut bergantung pada
kekuatan relative dari 3 jenis interaksi :
·
Interaksi pelarut – pelarut
·
Interaksi zat
terlarut – zat terlarut
·
Interaksi pelarut – zat terlarut
Tabel II.1
Jenis-jenis Larutan
Zat Terlarut
|
Pelarut
|
Wujud Larutan Yang Dihasilkan
|
Contoh
|
Gas
|
Gas
|
Gas
|
Udara
|
Gas
|
Cairan
|
Cairan
|
Air soda (CO2 dalam air)
|
Gas
|
Padatan
|
Padatan
|
Gas H2 dalam paladium
|
Cairan
|
Cairan
|
Cairan
|
Etanol dalam air
|
Padatan
|
Cairan
|
Cairan
|
NaCl dalam air
|
Padatan
|
Padatan
|
Padatan
|
Kuningan (Cu/Zn), solder (Sr/Pb)
|
(Chang,2005)
Molekul – molekul menyebar secara acak, kecepatan
difusi lebih tinggi bila temperatur dinaikkan, sehingga selang beberapa waktu
akan diperoleh larutan homogeny yang seragam. Dua cairan yang dapat bercampur
secara seragam disebut campur (miscible). Difusi haruslah dibedakan dari
pencampuran massa suatu bahan oleh konveksi, suatu proses alamiah yang
disebabkan oelh selisih kerapatan. Banyak factor yang dicakupdalam informasi
suatu penyelesaian. Salah satunya adalah kecenderungan dari suatu system untuk
mencapai kekacauan. Faktor utama adalah daya beberapa tarik menarik antara
partikel larutan dan pelarut yang menghasilkan bentuk partikel terlarut.
Solvasi adalah interaksi molekul-molekul pelarut dengan partikel zat terlarut
untuk membentuk agregat atau gugusan.
(Keenan,1996)
Bila pelarutnya air maka prosesnya disebut hidrasi. Dalam
larutan padat, zat pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan
padat sering terdapat dalam logam yang dinamakan Alloy. Besi umunya merupakan
alloy dari besi dan karbon.
(Petrucci,1985)
Macam-macam larutan
berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut ada 3 macam, yaitu :
1.
Larutan
jenuh diartikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
diperlukan untuk mencapai adanya titik kesetimbangan antara zat terlarut yang larut
dan yang tak larut. Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan melalui
pengadukan yang kuat dan adanya zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat
terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan
larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut itu.
Larutan jenuh tak perlu
larutan pekat. Larutan adalah suatu larutan yang mengandung banyak zat-zat
terlarut. Sedangkan larutan yang mengandung sediki zat terlarut disebut larutan
encer.
2.
Larutan
tak jenuh (unsaturated) kalah pekat (lebih encer) daripada suatu larutan jenuh.
Suatu
larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada
temperature lebih tinggi. Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam pelarut
daripada pelarut dingin.
(Keenan,1996)
3.
Larutan
lewat jenuh (supersaturated solution) mengandung zat terlarut lebih banyak
daripada kandungan zat terlarut pada larutan jenuh. Pada saatnya, sebagian zat
terlarut akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses
terpisahnya zat terlarut dari larutan dan membentuk kristal dinamakan proses
kristalisasi (crystallization).
(Chang, 2005).
Proses pelarutan dipengaruhi dua factor. Faktor
pertama adalah energi yang menentukan apakah proses pelarutan dikatakan
eksotermik maupun endotermik. Suatu
dikatakan proses eksotermik jika tarik-menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat
dibandingkan tarik-menarik pelarut-pelarut dan tarik-menarik zat terlarut-zat
terlarut (
Hlarutan<0).
Sedangkan proses endotermik terjadi jika interaksi zat terlarut-pelarut lebih
lemah dibandingkan interaksi zat pelarut-pelarut dan zat terlarut-terlarut (
Hlarutan>0).
Faktor kedua adalah kecenderungan hakiki menuju
ketidakteraturan dalam semua kejadian di alam, ketika molekul zat terlarut dan
molekul pelarut bercmapur membentuk membentuk larutan maka ketidakberaturan
akan meningkat. Zat – zat yang dapat menarik air dikatakan bersifat
higroskopis. Jika gaya tariknya kuat, zat ini dapat digunakan sebagai pengering
atau dessicant.
(Keenan,1996)
II.1.2 Konsentrasi
Kuantitas
relative suatu zat tertentu dalam larutan dinamakan konsentrasi. Konsentrasi merupakan
faktor penting dalam menentukan cepatnya suatu reaksi berlangsung dan beberapa
hal dalam menentukan produk-produk apa yang terbentuk. (Keenan,1996)
Dengan
demikian, setiap konsentrasi harus menyatakan :
1.
Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
2.
Kuantitas keduanya dapat berupa pelarut
atau larutan keseluruhan
3.
Satuan yang digunakan untuk kuantitas
keduanya.
(Petrucci,1985)
Jenis Satuan
Konsentrasi
1.
Molaritas
(M)
Molaritas
ialah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan.
Molaritas
(M) =
(Keenan,1996)
2.
Molalitas
Molalitas
adalah banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut (bukan larutan).
Molalitas (m) =
3.
Fraksi
Mol dan Persen Mol
Fraksi Mol merupakan perbandingan banyaknya mol suatu zat
dengan jumlah mol seluruh zat yang ada dalam campuran tersebut.
xi =
Fraksi
mol yang dikalikan 100% adalah persen mol.
(Petrucci, 1985)
4.
Persen
bobot
dan volume
Persentase
yang diberikan itu merujuk ke zat terlarut.
Persen berdasar massa zat terlarut =
X100%
5. Normalitas
Banyaknya
ekivalen zat terlarut per liter larutan. Bobot ekivalen yaitu bobot zat yang
ekuivalen satu sama lain dalam reaksi-reaksi kimia. Konsentrasi larutan yang
dinyatakan dengan normalitas digunakan dalam rekaasi oksidasi reduksi reaksi
asam basa.
(Keenan,1996)
Aliquot
adalah seporsi dari keseluruhan yang diketahui, biasanya berupa fraksi yang
sederhana. Proses pengenceran sering dilakukan di laboratorium, perhitungan
yang melibatkan pengenceran bersifat langsung karena tidak ada reaksi kimiayang
terjadi. Jumlah mol larutan dalam larutan harus sama dengan mol dalam larutan
final.
(Underwood,1999)
II.1.3 Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelarutan
1.
Temperatur
Kebanyakan garam anorganik kelarutannya meningkat bila
temperaturnya dinaikkan. Biasanya ada manfaatnya untuk melakukan operasi
pengendapan, penyaringan, dan pencucian dengan larutan panas. Garam timbel
melarut pada temperatur yang ditingkatkan, meninggalkan kedua garam lain dalam
endapan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur, maka
kelarutannya akan semakin meningkat.
2.
Pelarut
Garam anorganik lebih mudah larut dalam air daripada
dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan ditarik baik ke
kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi.
Seringkali analis memanfaatkan kelarutan dalam pelarut
organik yang rendah itu untuk memisahkan dua zat yang sangat larut dalam air.
3.
Efek
Ion-Sekutu
Suatu endapan umumnya lebih dapat larut dalam air murni
daripada dalam suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan. Penambahan
zat pengendap agak berlebih digunakan untuk memastikan bahwa pengendapan itu
lengkap. Adanya ion sekutu yang sangat berlebih, kelarutan suatu endapan dapat
cukup lebih besar daripada nilai yang diramalkan oleh tetapan hasil kali
kelarutan.
4.
Pengaruh
aktivitas
Makin
kecil koefisien aktifitas dari dua ion, maka makin besar hasil kali konsentrasi
molar kedua ion itu. Peningkatan
kelarutan suatu zat dapat dikarenakan koefisien aktivitas ion bivalen lebih
kecil daripada koefisien aktivitas ion univalen.
5.
Pengaruh
pH
Kelarutan garam dari asam lemah bergantung pada pH
larutan. Ion hidrogen bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam
lemah, dengan demikian dapat meningkatkan kelarutan garam itu.
6.
Pengaruh
Hidrolisis
Yang bergantung pada besaran Ksp :
-
Kelarutan
begitu rendah sehingga pH air tidak berubah dengan berarti karena hidrolisis.
-
Kelarutan
cukup besar sehingga sumbangan on hidroksida air dapat diabaikan.
7.
Efek
Kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat juga bergantung
pada konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu. (Pudjaatmaka,
1986)
II.2 Sifat Bahan
A. Kalsium Hidroksida
·
Sifat
fisika
Ø Warna
: bubuk putih lembut
Ø Berat
molekul: 74,10
Ø Titik
didih: Terurai kalsium oksida atas 5800C
Ø Berat
Jenis: 2,24
Ø Daya
larut dalam Air: 0,185 g / 100 ml pada 00C dan 0,077 g / 100 ml pada
1000C
(Anonim, 2013)
·
Sifat Kimia
Ø
Reaktif terhadap HCL
Ø
Menyerap CO2 dan membentuk calsium
karbonat.
(Ricardo ,2012)
·
Fungsi : sebagai zat terlarut dalam
larutan
b. Rubidium Hidroksida
·
Sifat Fisika
Ø Massa Molar : 102,475 g / mol
Ø Warna : putih keabu-abuan yang solid
Ø Massa jenis : 1.74 g / mL pada 25 ° C
Ø Titik lebur : 301 ° C (574 ° F; 574 K)
Ø Titik didih : 1.390 ° C (2530 ° F; 1660 K)
Ø Kelarutan : 100 g / 100 mL (15 ° C)
·
Sifat Kimia
Ø Sifat : Korosif
Ø Tidak mudah terbakar
Ø Entalphi pembentukan: -413,8 KJ /
mol
Ø Hidrokoskopis
(Anonim, 2011)
·
Fungsi : sebagai zat terlarut
dalam larutan
c. Stronsium Hidroksida
·
Sifat Fisika
Ø Massa Molar : 265.76 g / mol
Ø Warna : putih kristal
Ø Massa jenis : 1.9 g / mL
Ø Titik lebur : 100 ° C
(Anonim,2013)
·
Sifat Kimia
Ø Pengosidasi
Ø Reaksi dengan Air
Sr (s) + 2 H2O (l) → Sr(OH)2 (aq) + H2 (g) , reaksi cepat.
Sr (s) + 2 H2O (l) → Sr(OH)2 (aq) + H2 (g) , reaksi cepat.
(Faizah,2013)
·
Fungsi : sebagai zat terlarut
dalam larutan
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1.
Kalsium hidroksida Ca(OH)2
2.
Rubidium hidroksida Rb(OH)2
3.
Stronsium hidroksida Sr(OH)2
III.2 Alat
1.
Neraca
Analitis
2.
Kaca
Arloji
3.
Spatula
4.
Beaker
Glass
5.
Gelas
Ukur
6.
Corong
7.
Labu
Ukur
8.
Pipet
III.3 Gambar
Alat
1.
2. Kaca arloji
|
4. Beaker Glass
|
7. Labu ukur
|
8. Pipet
|
6.Corong
III.4 Prosedur
1.
Menyiapkan
alat-alat yang dibutuhkan (gelas ukur, labu takar, pengaduk gelas, dll).
2.
Menimbang
bahan-bahan yang dibutuhkan.
3.
Jika
bahan berupa :
a.
Padatan
Timbang
terlebih dahulu bahan yang akan digunakan, larutkan dengan aquades secukupnya
sampai bahan larut kemudian encerkan kembali dengan sisa aquades sampai volume
yang dibutuhkan.
b.
Larutan
Bahan
diambil sesuai dengan volume kemudian diencerkan sampai dengan volume yang
dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. “Rubidium hidroksida”. https:// en.wikipedia.org/wiki /Rubidium_hydroxide diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.00
WIB
Anonim.2013.”Safety data
sheet”. http: //www. prochemonline.com /upload/MSDS /3364.
StrontiumHydroxide.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.09 WIB
Anonim.2013.”MaterialSafetyDataSheet ForCalciumHydroxide”. http
:/ / www.ash grove.com/pdf/ msds/CALCHYDR.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul
05.30 WIB
Chang, Raymond. 2005. “Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid
2”. Jakarta:Erlangga
Faizah,Asmaul.2013.”sifat kimia dan fisika logam alkali tanah”. http: // www. Faizahasmaul.blogspot.com Diakses
pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.15 WIB
Keenan, Kleinfelter dkk.1996. “Edisi Keenam Kimia Untuk Universitas Jilid 1”.
Jakarta:Erlangga.
Petrucci, Harwodd dkk. 1985. “Kimia Dasar Prinsip-Prinsip & Aplikasi Modern
Edisi Kesembilan Jilid 2”. Jakarta:Erlangga.
Pudjaatmaka, Aloysius. 1986. “Analisis Kimia
Kuantitatif”. Jakarta:Erlangga.
Ricardo,Riko.2012.
sifat-sifat fisika dan kimia. http://esterikardo-riko.blogspot.co.id /2012/03/
sifat-sifat-fisika-dan-kimia.html
diakses pada tanggal 23 Februari 2016
pukul 05.20 WIB
Underwood,R.
1999. “Analisis kimia kuantitatif”.Jakarata:Erlangga