Selasa, 29 Maret 2016

Pembuatan Larutan

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Praktikum        : Kimia Analisa
Percobaan        : Pembuatan Larutan
Tanggal           : 26 Februari 2016
Pembimbing    : Ir. Isni Utami , MT

Nama                           : Eka  Sari Tirta Gunawan
Npm/Semester             : 1531010125 / II
Romb./Grup                :  X / G
Npm/Teman Praktek   : 1531010137 / Anang S                    



DRAFT
 




BAB I
PENDAHULUAN

I.1    Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Larutan terdiri dari dua komponen penting.  Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Di dalam larutan, di kenal adanya konsentrasi. Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan. Dengan arti lain konsentrasi menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas, persen berat dan sebagainya. Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting. Karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer.
Dalam pembuatan larutan mula mula menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan, seperti gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, corong, dan lain-lain. Selanjutnya menghitung berat bahan yang akan di gunakan dengan konsentrasi tertentu. Lalu menimbang bahan-bahan yang dibutuhkan. Apabila bahan berupa padatan maka harus menimbang terlebih dahulu, lalu melarutkan dengan aquades secukupnya sampai bahan tersebut larut semua. Selanjutnya yaitu menambahkan dengan aquades sampai volume yang dibutuhkan. Apabila bahan yang digunakan berupa larutan maka tinggal mengambil volume larutan yang dibutuhkan lalu mengencerkan sampai dengan volume yang ditentukan.
Contoh pengaplikasiannya yaitu saat kita meminumkan obat tablet yang telah digerus untuk anak anak. Disini yang menjadi zat terlarut adalah obat dengan dosis tertentu sedangkan zat pelarutnya adalah air. Tujuan dari praktikum ini diantaranya kita bisa menghitung berat bahan yang akan digunakan untuk membuat dan mengencerkan larutan sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan.

I.2    Tujuan
1.        Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.
2.        Mampu mengencerkan larutan.
3.        Dapat menghitung berat bahan yang akan digunakan dalam membuat larutan.
4.        Dapat menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.
I.3    Manfaat
1.        Mahasiswa dapat mengetahui alat alat yang digunakan dalam proses pembuatan larutan.
2.        Mahasiswa dapat terampil dalam menggunakan alat alat laboratorium
3.        Mahasiswa dapat melatih diri dalam penggunaan efisensi alat
4.        Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan zat terlarut dan zat pelarut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1   Secara Umum
II.1.1  Jenis-jenis larutan
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Satu tipe yang lazim dari campuran adalah larutan. Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, ataupun ion dari dua zat atau lebih. Suatu larutan dapat dikatakan sebagai campuran karena susunannya dapat berubah-ubah dan dikatakan homogen karena komposisi dan susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan , bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Pada campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.    
Terdapat banyak tipe larutan yang berlainan. Satu cara dalam senyawaan dan larutan mereka dikelompokkan adalah menurut daya hantar jenis listriknya. Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair. Lazimnya salah satu komponen (penyusun) larutan semacam ini adalah cairan sebelum cairan itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut atau pelarut (solvent). Komponen lain, yang dapat berbentuk gas,cairan maupun padat dibayangkan sebagai terlarut ke dalam komponen pertama. Zat yang terlarut disebut zat terlarut (solute). Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawaaan non polar untuk larut ke dalam pelarut non polar dan bagi senyawaan kovalen polar atau senyawaan ion untuk larut ke dalam pelarut polar.
(Keenan, 1996)
Proses pelarutan dari sudut pandang molekul. Dalam cairan dan padatan, molekul-molekum saling terikat satu sama lain akibat adanya tarik-menarik antarmolekul. Gaya ini juga memainkan peranan penting dalam pembentukan larutan. Bila suatu zat terlarut larut dalam zat lainnya (zat pelarut), partikel zat terlarut akan menyebar ke seluruh pelarut. Partikel zat terlarut ini menempati posisi yang biasanya ditempati oleh molekul pelarut. Kemudahan pertikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut bergantung pada kekuatan relative dari 3 jenis interaksi :
·         Interaksi pelarut – pelarut
·         Interaksi zat terlarut – zat terlarut
·         Interaksi pelarut – zat terlarut


Tabel II.1 Jenis-jenis Larutan
Zat Terlarut
Pelarut
Wujud Larutan Yang Dihasilkan
Contoh
Gas
Gas
Gas
Udara
Gas
Cairan
Cairan
Air soda (CO2 dalam air)
Gas
Padatan
Padatan
Gas H2 dalam paladium
Cairan
Cairan
Cairan
Etanol dalam air
Padatan
Cairan
Cairan
NaCl dalam air
Padatan
Padatan
Padatan
Kuningan (Cu/Zn), solder (Sr/Pb)
(Chang,2005)
Molekul – molekul menyebar secara acak, kecepatan difusi lebih tinggi bila temperatur dinaikkan, sehingga selang beberapa waktu akan diperoleh larutan homogeny yang seragam. Dua cairan yang dapat bercampur secara seragam disebut campur (miscible). Difusi haruslah dibedakan dari pencampuran massa suatu bahan oleh konveksi, suatu proses alamiah yang disebabkan oelh selisih kerapatan. Banyak factor yang dicakupdalam informasi suatu penyelesaian. Salah satunya adalah kecenderungan dari suatu system untuk mencapai kekacauan. Faktor utama adalah daya beberapa tarik menarik antara partikel larutan dan pelarut yang menghasilkan bentuk partikel terlarut. Solvasi adalah interaksi molekul-molekul pelarut dengan partikel zat terlarut untuk membentuk agregat atau gugusan.
(Keenan,1996)
Bila pelarutnya air maka prosesnya disebut hidrasi. Dalam larutan padat, zat pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat dalam logam yang dinamakan Alloy. Besi umunya merupakan alloy dari besi dan karbon.
(Petrucci,1985)
Macam-macam larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut ada 3 macam, yaitu :
1.             Larutan jenuh diartikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk mencapai adanya titik kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan yang tak larut. Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan melalui pengadukan yang kuat dan adanya zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut itu.
Larutan jenuh tak perlu larutan pekat. Larutan adalah suatu larutan yang mengandung banyak zat-zat terlarut. Sedangkan larutan yang mengandung sediki zat terlarut disebut larutan encer.
2.             Larutan tak jenuh (unsaturated) kalah pekat (lebih encer) daripada suatu larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperature lebih tinggi. Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam pelarut daripada pelarut dingin.
(Keenan,1996)
3.             Larutan lewat jenuh (supersaturated solution) mengandung zat terlarut lebih banyak daripada kandungan zat terlarut pada larutan jenuh. Pada saatnya, sebagian zat terlarut akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat terlarut dari larutan dan membentuk kristal dinamakan proses kristalisasi (crystallization).
(Chang, 2005).
Proses pelarutan dipengaruhi dua factor. Faktor pertama adalah energi yang menentukan apakah proses pelarutan dikatakan eksotermik maupun endotermik. Suatu dikatakan proses eksotermik jika tarik-menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat dibandingkan tarik-menarik pelarut-pelarut dan tarik-menarik zat terlarut-zat terlarut ( Hlarutan<0). Sedangkan proses endotermik terjadi jika interaksi zat terlarut-pelarut lebih lemah dibandingkan interaksi zat pelarut-pelarut dan zat terlarut-terlarut ( Hlarutan>0).
Faktor kedua adalah kecenderungan hakiki menuju ketidakteraturan dalam semua kejadian di alam, ketika molekul zat terlarut dan molekul pelarut bercmapur membentuk membentuk larutan maka ketidakberaturan akan meningkat. Zat – zat yang dapat menarik air dikatakan bersifat higroskopis. Jika gaya tariknya kuat, zat ini dapat digunakan sebagai pengering atau dessicant.
(Keenan,1996)

II.1.2   Konsentrasi
Kuantitas relative suatu zat tertentu dalam larutan dinamakan konsentrasi. Konsentrasi merupakan faktor penting dalam menentukan cepatnya suatu reaksi berlangsung dan beberapa hal dalam menentukan produk-produk apa yang terbentuk. (Keenan,1996)
Dengan demikian, setiap konsentrasi harus menyatakan :
1.      Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
2.      Kuantitas keduanya dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
3.      Satuan yang digunakan untuk kuantitas keduanya.
(Petrucci,1985)

Jenis Satuan Konsentrasi
1.      Molaritas (M)
Molaritas ialah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan.
Molaritas (M) =  
(Keenan,1996)

2.      Molalitas
Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut (bukan larutan).
Molalitas (m) =

3.      Fraksi Mol dan Persen Mol
Fraksi Mol merupakan perbandingan banyaknya mol suatu zat dengan jumlah mol seluruh zat yang ada dalam campuran tersebut.
xi =
Fraksi mol yang dikalikan 100% adalah persen mol.
(Petrucci, 1985)

4.      Persen bobot dan volume
Persentase yang diberikan itu merujuk ke zat terlarut.
Persen berdasar massa zat terlarut =  X100%

5.      Normalitas
Banyaknya ekivalen zat terlarut per liter larutan. Bobot ekivalen yaitu bobot zat yang ekuivalen satu sama lain dalam reaksi-reaksi kimia. Konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan normalitas digunakan dalam rekaasi oksidasi reduksi reaksi asam basa.
(Keenan,1996)
Aliquot adalah seporsi dari keseluruhan yang diketahui, biasanya berupa fraksi yang sederhana. Proses pengenceran sering dilakukan di laboratorium, perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung karena tidak ada reaksi kimiayang terjadi. Jumlah mol larutan dalam larutan harus sama dengan mol dalam larutan final.
(Underwood,1999)


II.1.3  Faktor-faktor yang mempengaruhi pelarutan
1.             Temperatur
Kebanyakan garam anorganik kelarutannya meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Biasanya ada manfaatnya untuk melakukan operasi pengendapan, penyaringan, dan pencucian dengan larutan panas. Garam timbel melarut pada temperatur yang ditingkatkan, meninggalkan kedua garam lain dalam endapan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur, maka kelarutannya akan semakin meningkat.
2.             Pelarut
Garam anorganik lebih mudah larut dalam air daripada dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Seringkali analis memanfaatkan kelarutan dalam pelarut organik yang rendah itu untuk memisahkan dua zat yang sangat larut dalam air.
3.             Efek Ion-Sekutu
Suatu endapan umumnya lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan. Penambahan zat pengendap agak berlebih digunakan untuk memastikan bahwa pengendapan itu lengkap. Adanya ion sekutu yang sangat berlebih, kelarutan suatu endapan dapat cukup lebih besar daripada nilai yang diramalkan oleh tetapan hasil kali kelarutan.
4.             Pengaruh aktivitas
Makin kecil koefisien aktifitas dari dua ion, maka makin besar hasil kali konsentrasi molar kedua ion itu. Peningkatan kelarutan suatu zat dapat dikarenakan koefisien aktivitas ion bivalen lebih kecil daripada koefisien aktivitas ion univalen.
5.             Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah bergantung pada pH larutan. Ion hidrogen bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian dapat meningkatkan kelarutan garam itu.
6.             Pengaruh Hidrolisis
Yang bergantung pada besaran Ksp :
-          Kelarutan begitu rendah sehingga pH air tidak berubah dengan berarti karena hidrolisis.
-          Kelarutan cukup besar sehingga sumbangan on hidroksida air dapat diabaikan.
7.             Efek Kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat juga bergantung pada konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu. (Pudjaatmaka, 1986)


II.2   Sifat Bahan
A.    Kalsium Hidroksida
·         Sifat fisika
Ø  Warna : bubuk putih lembut
Ø  Berat molekul: 74,10
Ø  Titik didih: Terurai kalsium oksida atas 5800C
Ø  Berat Jenis: 2,24
Ø  Daya larut dalam Air: 0,185 g / 100 ml pada 00C dan 0,077 g / 100 ml pada 1000C
(Anonim, 2013)
·         Sifat Kimia
Ø  Reaktif terhadap HCL
Ø  Menyerap CO2 dan membentuk calsium karbonat.
(Ricardo ,2012)
·         Fungsi : sebagai zat terlarut dalam larutan

b.      Rubidium Hidroksida
·         Sifat Fisika
Ø  Massa Molar    : 102,475 g / mol
Ø  Warna              : putih keabu-abuan yang solid
Ø  Massa jenis      : 1.74 g / mL pada 25 ° C
Ø  Titik lebur        : 301 ° C (574 ° F; 574 K)
Ø  Titik didih       : 1.390 ° C (2530 ° F; 1660 K)
Ø  Kelarutan        : 100 g / 100 mL (15 ° C)
·         Sifat Kimia
Ø  Sifat                : Korosif
Ø  Tidak mudah terbakar
Ø  Entalphi pembentukan: -413,8 KJ / mol
Ø  Hidrokoskopis
(Anonim, 2011)
·         Fungsi : sebagai zat terlarut dalam larutan

c.       Stronsium Hidroksida
·         Sifat Fisika
Ø  Massa Molar    : 265.76 g / mol
Ø  Warna              : putih kristal
Ø  Massa jenis      : 1.9 g / mL
Ø  Titik lebur        : 100 ° C
(Anonim,2013)

·         Sifat Kimia
Ø  Pengosidasi
Ø  Reaksi dengan Air
Sr (s)  +  2 H2O (l) → Sr(OH)2 (aq)  +  H2 (g) , reaksi cepat.
(Faizah,2013)
·         Fungsi : sebagai zat terlarut dalam larutan


BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1    Bahan
1.   Kalsium hidroksida             Ca(OH)2
2.   Rubidium hidroksida          Rb(OH)2
3.   Stronsium hidroksida          Sr(OH)2
III.2    Alat
1.    Neraca Analitis
2.    Kaca Arloji
3.    Spatula
4.    Beaker Glass
5.    Gelas Ukur
6.    Corong
7.    Labu Ukur
8.    Pipet
III.3    Gambar Alat


1.  
2. Kaca arloji
Neraca Analitis
4. Beaker Glass
 








3.Spatula




7. Labu ukur
5.Gelas ukur
8. Pipet















6.Corong









III.4    Prosedur
1.    Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan (gelas ukur, labu takar, pengaduk gelas, dll).
2.    Menimbang bahan-bahan yang dibutuhkan.
3.    Jika bahan berupa :
a.    Padatan
Timbang terlebih dahulu bahan yang akan digunakan, larutkan dengan aquades secukupnya sampai bahan larut kemudian encerkan kembali dengan sisa aquades sampai volume yang dibutuhkan.
b.      Larutan
Bahan diambil sesuai dengan volume kemudian diencerkan sampai dengan volume yang dibutuhkan.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. “Rubidium hidroksida”. https:// en.wikipedia.org/wiki /Rubidium_hydroxide diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.00 WIB
Anonim.2013.”Safety data sheet”. http: //www. prochemonline.com /upload/MSDS /3364. StrontiumHydroxide.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.09 WIB
Anonim.2013.”MaterialSafetyDataSheet ForCalciumHydroxide”http :/ / www.ash grove.com/pdf/ msds/CALCHYDR.pdf  diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.30 WIB
Chang, Raymond. 2005. “Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2”. Jakarta:Erlangga

Faizah,Asmaul.2013.”sifat kimia dan fisika logam alkali tanah”. http: // www. Faizahasmaul.blogspot.com Diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.15 WIB

Keenan, Kleinfelter dkk.1996. “Edisi Keenam Kimia Untuk Universitas Jilid 1”.
Jakarta:Erlangga.
Petrucci, Harwodd dkk. 1985. “Kimia Dasar Prinsip-Prinsip & Aplikasi Modern Edisi Kesembilan Jilid 2”. Jakarta:Erlangga.
Pudjaatmaka, Aloysius. 1986. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta:Erlangga.
Ricardo,Riko.2012. sifat-sifat fisika dan kimia. http://esterikardo-riko.blogspot.co.id /2012/03/ sifat-sifat-fisika-dan-kimia.html  diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 05.20 WIB
Underwood,R. 1999. “Analisis kimia kuantitatif”.Jakarata:Erlangga